Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 20 April 2014

inteligensi



Konsep inteligensi sendiri menimbulkan kontroversi dan debat panas, sering kali sebagai reaksi terhadap gagasan bahwa setiap orangpunya kapasitas mental umum yang dapat diukur dan dikuantifikasi dalam angka. Novelis Inggris abad ke-20 Aldous Huxley mengatakan bahwa anak-anak itu hebat dalam hal rasa ingin tahu dan inteligensinya. Menurutnya, inteligensi adalah salah satu milik kita yang paling berharga.
Beberapa pakar mendeskripsikan inteligensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah (problem solving). Yang lainnya mendeskripsikannya sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Jadi, inteligensi merupakan keahlian memecahkan masalahdan kemampuan untuk beradaptasi pada dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari. Menurut Vygotsky, definisi inteligensi sendiri harus memasukkan faktor kemampuan seseorang untuk menggunakan alat kebudayaan dengan bantuan individu yang lebih ahli.

Tes Inteligensi Individual
Tes Binet. Tes ini terdiri dari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan untuk menyentuh telinga hingga kemampuan menggambarkan desain berdasarkan ingatan dan mendefinisikan konsep abstrak. Binet mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental, yakni level perkembangan mental individu yang berkaitan dengan perkembangan lain. Pada 1912, William Sern menciptakan konsep intelligence quotient (IQ). Yaitu usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologinya (chronological age-CA), dikalikan 100. Jadi dapat rumuskan seperti:



·         Jika MA=CA, maka IQ orang itu adalah 100
·         Jika MA>CA, maka IQ-nya lebih dari 100
Misal: anak 6 tahun dengan usia mental 8 tahun akan punya IQ 133.
Tes Binet direvisi berkali-kali untuk disesuaikan dengan kemajuan dalam pemahaman inteligensi dan tes inteligensi. Revisi-revisi ini disebut dengan Tes Stanford Binet. Para peneliti, menemukan bahwa tes Stanford-Binet mendekati distribusi normal. Distribusi normal adalah simetris, dengan mayoritas skor berada pada tengah-tengah rentang skor yang mungkin muncul dan hanya ada sedikit skor yang berbeda mendekati ujung dari rentang tersebut. Tes Stanford Binet kini dilakukan secara individual untuk orang dari usia 2 tahun hingga dewasa. Pada 1985, dipublikasikan tes Stanford Binet edisi keempat. Di dalam versi ini, ditemukan beberapa penambahan yang penting, yakni analisis respons individual dari segi empat fungsi: penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak, dan memori jangka pendek.
Skala Wechsler. Tes ini dikembangkan oleh David Wechlsler yang mencakup Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised (WPPSI-R) untuk anak usia 4 sampai 6 ½ tahun, Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised (WISC-R) untuk anak dan remaja usia 6 sampai 16 tahun dan Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R). Skala ini juga menunjukkan IQ verbal dan IQ kinerja. IQ verbal didasarkan pada 6 subskala verbal, dan IQ kinerja didasarkan pada 5 subskala kinerja. Hal ini membuat para peneliti bisa melihat dengan cepat pola-pola kekuatan dan kelemahan dalam area inteligensi murid yang berbeda-beda (Woolger,2001).

Tes Individual versus Tes Kelompok
Tes inteligensi seperti Stanford-Binet dan Wechsler dilakukan berdasarkan basis individual. Sedangkan tes inteligensi  kelompok mencakup Lorge-Thorndike Intelligence Test, Kuhlman-Anderson Intelligence Tests dan Otis-Lennon School Mental Abilities Test. Tes kelompok ini lebih nyaman daripada tes individual, namun memiliki beberapa kekurangan sepertipeneliti tidak dapat menyusun laporan individual, menentukan tingkat kecerdasan murid, dan sebagainya.

Teori Multiple Intelligence
Manakah yang lebih tepat, memandang inteligensi murid sebagai kemampuan umum atau sebagai sejumlah kemampuan spesifik yang berbeda?

Pandangan Awal. Binet dan Stern memfokuskan pada konsep inteligensi umum, yang oleh Stern dinamakan IQ. Wechsler percaya bahwa mungkin dan perlu untuk mendeskripsikan baik itu inteligensi umum maupun inteligensi verbal spesifik dan inteligensi kinerja seseorang. Wechsler mendasarkan pada gagasan Charles Spearman yang mengatakan bahwa orang yang memiliki inteligensi umum, disebut faktor g, dan yang memiliki tipe inteligensi spesifik, disebut faktor s. L.L. Thurstone (1938) mengatakan orang mempunyai 7 kemampuan intelektual spesifik yang dinamakan sebagai kemampuan primer, yakni:n pemahaman verbal, kemampuan angka, kefasihan kata, visualisasi spasial, memori asosiatif, penalaran, dan kecepatan persepsi.

Teori Triarkis Sternberg. Yakni sebuah pandangan yang mengatakan bahwa inteligensi muncul dalam 3 bentuk utama: analitis, kreatif, dan praktis. Inteligensi analitis adalah kemampuan untuk menganalisis, menilai, mengevaluasi, membandingkan, dan mempertentangkan. Inteligensi kreatif adalah kemampuan untuk mencipta, mendesain, menemukan, dan mengimajinasikan. Inteligensi praktis fokus pada kemampuan untuk menggunakan, mengaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktikkan.

Delapan Kerangka Pikiran Gardner. Howard Gardner percaya bahwa ada 8 inteligensi spesifik atau kerangka pikiran, yakni sebagai berikut:
·         Keahlian verbal: kemampuan untuk berpikir dengan kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna (contoh:penulis,wartawan)
·         Keahlian matematika: kemampuan untuk menyelesaikan operasi matematika (ilmuan, insinyur)
·         Keahlian spasial: kemampuan untuk berpikir tiga dimensi (arsitek, perupa, pelaut)
·         Keahlian tubuh-kinestetik: kemampuan untuk memanipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal fisik (ahli bedah, pengrajin, penari)
·         Keahlian musik: sensitif terhadap nada, melodi, irama dan suara (komposer, musisi)
·         Keahlian intrapersonal: kemampuan untuk memahami diri sendiri dan menata kehidupannya secara efektif (teolog,psikolog)
·         Keahlian interpersonal: kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain (guru teladan, profesional kesehatan mental)
·         Keahlian naturalis: kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia (petani, ahli botani, ahli ekologi)

Proyek Spektrum. Adalah usaha inovatif yang dilakukan Gardner untuk menguji delapan inteligensi anak-anak. Proyek Spektrum diawali dengan ide dasar bahwa setiap murid punya potensi untuk mengembangkan kekuatan di satu atau dua area. Hal ini memberikan konteks untuk melihat lebih jelas kekuatan dan kelemahan anak-anak.

Key School. Key shool, sekolah dasar K-6 di Indianapolis kepada murid aktivitas yang melibatkan berbagai keterampilan yang berkaitan dengan delapan kerangka pikiran dari Gardner. Tujuan Key School adalh membuat muri menemukan sendiri minat dan bakat masing-masing, dan kemudian membiarkan mereka mengeksplorasinya.

Emotional Intelligence. Menurut Peter Salovy dan John Mayer (1990), emotional intelligence ialah sebagai kemampuan untuk memonitor perasaan diri sendiri dan perasaan serta emosi orang lain, kemampuan untuk membedakannya, dan kemampuan untuk menggunakan informasi untuk memandu pemikiran dan tindakan dirinya.  Konsepnya sendiri dikemukakan oleh Daniel Goleman. Menurutnya, emotional intelligence terdiri dari 4 area:
·         Developing emotional awareness, seperti kemampuan untuk memisahkan perasaan dari tindakan
·         Managing emotions, seperti mampu untuk mengendalikan amarah.
·         Reading emotions, seperti memahami perspektif orang lain.
·         Handling relationships, seperti kemampuan untuk memecahkan problem hubungan.

Mengevaluasi Pendekatan Multiple-Intelligences. Berikut tabel yang menunjukkan perbandingan antara pandangan Gardner, Sternberg, dan Mayer/Salovy/Goleman.
GARDNER
STERNBERG
MAYER/SALOVY/GOLEMAN
Verbal
Analitikal

Matematika
Spasial


Gerakan
Musik
Intrapersonal
Praktikal
Emotional
Interpersonal
Naturalistik
Kreatif


Beberapa kritikus mengatakan bahwa klasifikasi Gardner atas domain seperti keahlian musik sebagai tipe inteligensi adalah klasifikasi yang tidak mendasar. Pengkritik lain mengatakan bahwa belum ada basis riset untuk mendukung delapan inteligensi Gardner, tiga inteligensi Strenberg, dan inteligensi emosional Mayer/Salovy/Galoman.

Kontroversi dan Isu dalam Inteligensi
Kontroversi tersebut seperti manakah yang lebih penting dalam menentukan inteligensi, alam ataukah asuhan; apakah individu punya inteligensi umu dan sejauh mana tes inteligensi itu dapat memprediksi kesuksesan dalam sekolah dan perkerjaan, seberapa banyak tes inteligensi mengandung bias kultural; dan apakah tes IQ harus digunakan untuk menempatkan murid dalam jurusan kelas tertentu?
Sifat dan Asuhan. Isu sifat-asuhan (nature-nurture) adalah debat tentang apakah perkembangan seseorang terutama dipengaruhi oleh sifat alamiah ataukah oleh pengasuhan. Sifat adalah warisan biologis anak, sedangkan asuhan adalah pengalaman lingkungan. Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa inteligensi terutama diwarisi dan bahwa pengalaman lingkungan hanya memainkan peran minimal dalam manifestasi inteligensi itu. Pandangan baru tentang isu sifat-asuhan ini menyatakan bahwa kualitas yang rumit, seperti inteligensi, mungkin mempunyai muatan genetik yang memberinya kecenderungan tertentu, seperti inteligensi rendah, menengah, atau tinggi. Namun, pada dewasa ini, sebagian pakar sepakat bahwa lingkungan juga memainkan peran penting.
Craig ramey dan kawan-kawan (1988) menemukan bahwa masa pendidikan awal yang berkualitas tinggi (sampai usia lima tahun) secara signifikan akan meningkatkan inteligensi anak dari keluarga miskin. Argumen lain untuk mendukung arti penting dari lingkungan bagi inteligensi adalah meningkatnya skor tes IQ di seluruh dunia. Dalam salah satu analisis terhadap proses belajar di sekolah (schooling) dan inteligensi, disimpulkan bahwa sekolah dan inteligensi saling mempengaruhi.
Efek interaktif dari warisan dan lingkungan terhadap inteligensi adalah efek yang kompleks dan dinamis sehingga psikolog William Greenough (1997,2000) mengatakan bahwa pernyataan tentang mana yang lebih penting, sifat atau asuhan, adalah seperti pertanyaan tentang mana yang lebih penting bagi kubus, panjang atau lebarnya. Terlepas dari latar belakang genetik seseorang, tumbuh dalam “situasi yang serba mendukung” tidak menjamin terciptanya kesuksesan atau inteligensi tinggi, terutama jika dukungan tersebut diterima begitu saja. Sama seperti, anak yang memiliki ketertiadaan dukungan, tidak menjamin mereka selalu menghasilkan inteligensi yang rendah atau kegagalan, terutama jika keluarga dan anak itu mau memanfaatkan apa saja yang tersedia demi kemajuan mereka.

Apakah Orang Punya Inteligensi Umum? Sejumlah pakar mengatakan bahwa individu bukan hanya punya inteligensi umum, tetapi inteligensi umum ini juga bisa diaplikasikan untuk memprediksi kesuksesan sekolah dan pekerjaan. Akan tetapi, tes IQ umum hanya memprediksi seperempat dari variasi dalam kesuksesan kerja, dengan sebagian besar variasi dinisbahkan pada faktor lain, seperti motivasi dan pendidikan. Korelasi antara IQ dan prestasi akan berkurang jika orang makin lama dalam bekerja, mungkin karena mereka semakin banyak mendapat pengalaman kerja dan karenanya kinerjanya jauh lebih baik. Para pakar inteligensi umumnya sepakat bahwa inteligensi umum mencakup penalaran dan pemikiran abstrak, kapasitas untuk menyerap pengetahuan, dan kemampuan memecahkan masalah.

Etnis dan Kultur
Perbandinngan Etnis. Di AS, skor rata-rata anak dari keluarga Afrika-Amerika dan Latin berada di bawah anak dari keluarga kulit putih nonLatin berdasarkan tes inteligensi standar. Tetapi ingat, ini hanyalah perbedaan rata-rata. Banyak skor anak Afrika-Amerika lebih tinggi ketimbang anak kulit Putih Amerika. Apakah perbedaan ini didasari oleh faktor warisan genetik atau lingkungan? Jawaban umumnya adalah lingkungan. salah satu penyebabnya adalah, keluarga Afrika-Amerika dalam beberapa dekade terakhir ini mengalami peningkatan , seperti peluang sosial, pendapatan, dan lain sebagainya.
Bias Kultural dan Tes yang Fair secara Kultural.Banyak tes inteligensi awal mengandung bias kultural, misalnya: lebih memihak pada anak-anak perkotaan daripada anak-anak pedesaan, anak dari keluarga menengah daripada keluarga miskin, lebih memihak kulit putih daripada kulit non-putih, dan lain sebagainya.
Tes yang Fair secara Kultural. Adalah tes yang diusahakan bebas dari bias kultural. Ada dua jenis tes culture-fair:
·         Berisi item-item yang diyakini dipahami oleh anak-anak yang mengikuti tes. Misalnya: seorang anak ditanya perbedaan antara burung dan kucing
·         Tipenya tidak menggunakan item verbal. Contoh: Raven Progressive Matrices Test



Pengelompokkan dan penelusuran Kemampuan. Ada 2 tipe pengelompokkan kemampuan yang telah dipakai  di dalam dunia pendidikan:
1.      Pengelompokan (penelusuran) kemampuan antar kelas, yakni pengelompokan murid berdasarkan pada kemampuan atau prestasi mereka. Pengelompokkan antarkelas adalah membagi murid ke dalam jalur persiapan ke universitasdan jalur umum. Pengkritik pendekatan ini mengatakan bahwa cara ini menstigmatisasi murid yang dimasukkan ke kelompok kelas lemah. Para pengkritik juga menekankan bahwa pengelompokkan ini dipakai untuk memisahkan murid berdasarkan etnis dan status sosioekonomi karena hanya sedikit murid dari etnis minoritas yang masuk kelompok jalur cepat. Satu variasi dari pengelompokkan kemampuan antarkelas adalah program non-graded (lintas usia), dimana murid dikelompokkan berdasarkan kemampuan dalam subjek tertentu dari usia atau levelnya. Tipe program ini lebih banyak digunakan disekolah dasar ketimbang sekolah menengah, terutama dalam tiga kelas pertama. Joplin Plan adalah program nongraded untuk pelajaran membaca. Ringkasnya, pengelompokkan atau penjaluran adalah isu kontroversial karena membatasi kemampuan murid yang dikelompokkan sebagai kelompok lemah dalam belajar.
2.      Pengelompokkan kemampuan dalam kelas, yakni menempatkan murid dalam dua atau tiga kelompok di dalam kelas dengan berdasarkan pada perbedaan kemampuan murid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar