Konsep inteligensi sendiri menimbulkan kontroversi dan debat panas, sering kali sebagai reaksi terhadap gagasan bahwa setiap orangpunya kapasitas mental umum yang dapat diukur dan dikuantifikasi dalam angka. Novelis Inggris abad ke-20 Aldous Huxley mengatakan bahwa anak-anak itu hebat dalam hal rasa ingin tahu dan inteligensinya. Menurutnya, inteligensi adalah salah satu milik kita yang paling berharga.
Beberapa pakar
mendeskripsikan inteligensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah (problem solving). Yang lainnya mendeskripsikannya
sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup
sehari-hari. Jadi, inteligensi
merupakan keahlian memecahkan masalahdan kemampuan untuk beradaptasi pada dan
belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari. Menurut Vygotsky, definisi inteligensi sendiri harus memasukkan
faktor kemampuan seseorang untuk menggunakan alat kebudayaan dengan bantuan
individu yang lebih ahli.
Tes
Inteligensi Individual
Tes
Binet. Tes ini terdiri dari 30 pertanyaan, mulai dari
kemampuan untuk menyentuh telinga hingga kemampuan menggambarkan desain
berdasarkan ingatan dan mendefinisikan konsep abstrak. Binet mengembangkan
konsep mental age (MA) atau usia
mental, yakni level perkembangan mental individu yang berkaitan dengan
perkembangan lain. Pada 1912, William Sern menciptakan konsep intelligence quotient (IQ). Yaitu usia
mental seseorang dibagi dengan usia kronologinya (chronological age-CA), dikalikan 100. Jadi dapat rumuskan seperti:
·
Jika MA=CA, maka IQ orang itu adalah 100
·
Jika MA>CA, maka IQ-nya lebih dari
100
Misal: anak 6 tahun dengan usia mental 8
tahun akan punya IQ 133.
Tes Binet direvisi
berkali-kali untuk disesuaikan dengan kemajuan dalam pemahaman inteligensi dan
tes inteligensi. Revisi-revisi ini disebut dengan Tes Stanford Binet. Para
peneliti, menemukan bahwa tes
Stanford-Binet mendekati distribusi normal. Distribusi normal adalah
simetris, dengan mayoritas skor berada pada tengah-tengah rentang skor yang
mungkin muncul dan hanya ada sedikit skor yang berbeda mendekati ujung dari
rentang tersebut. Tes Stanford Binet
kini dilakukan secara individual untuk orang dari usia 2 tahun hingga dewasa.
Pada 1985, dipublikasikan tes Stanford
Binet edisi keempat. Di dalam versi ini, ditemukan beberapa penambahan yang
penting, yakni analisis respons individual dari segi empat fungsi: penalaran
verbal, penalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak, dan memori jangka
pendek.
Skala
Wechsler. Tes ini dikembangkan oleh David Wechlsler yang
mencakup Wechsler Preschool and Primary
Scale of Intelligence-Revised (WPPSI-R) untuk anak usia 4 sampai 6 ½ tahun,
Wechsler Intelligence Scale for
Children-Revised (WISC-R) untuk anak dan remaja usia 6 sampai 16 tahun dan Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised
(WAIS-R). Skala ini juga menunjukkan IQ verbal dan IQ kinerja. IQ verbal
didasarkan pada 6 subskala verbal, dan IQ kinerja didasarkan pada 5 subskala
kinerja. Hal ini membuat para peneliti bisa melihat dengan cepat pola-pola
kekuatan dan kelemahan dalam area inteligensi murid yang berbeda-beda
(Woolger,2001).
Tes
Individual versus Tes Kelompok
Tes inteligensi seperti Stanford-Binet
dan Wechsler dilakukan berdasarkan basis individual. Sedangkan tes inteligensi kelompok mencakup Lorge-Thorndike Intelligence Test, Kuhlman-Anderson Intelligence Tests
dan Otis-Lennon School Mental Abilities Test. Tes kelompok ini lebih nyaman
daripada tes individual, namun memiliki beberapa kekurangan sepertipeneliti
tidak dapat menyusun laporan individual, menentukan tingkat kecerdasan murid,
dan sebagainya.
Teori
Multiple Intelligence
Manakah yang lebih tepat, memandang
inteligensi murid sebagai kemampuan umum atau sebagai sejumlah kemampuan
spesifik yang berbeda?
Pandangan
Awal.
Binet dan Stern memfokuskan pada konsep inteligensi umum, yang oleh Stern
dinamakan IQ. Wechsler percaya bahwa mungkin dan perlu untuk mendeskripsikan
baik itu inteligensi umum maupun inteligensi verbal spesifik dan inteligensi
kinerja seseorang. Wechsler mendasarkan pada gagasan Charles Spearman yang
mengatakan bahwa orang yang memiliki inteligensi umum, disebut faktor g,
dan yang memiliki tipe inteligensi spesifik, disebut faktor s.
L.L. Thurstone (1938) mengatakan orang mempunyai 7 kemampuan intelektual
spesifik yang dinamakan sebagai kemampuan primer, yakni:n pemahaman verbal,
kemampuan angka, kefasihan kata, visualisasi spasial, memori asosiatif,
penalaran, dan kecepatan persepsi.
Teori
Triarkis Sternberg. Yakni sebuah pandangan yang mengatakan
bahwa inteligensi muncul dalam 3 bentuk utama: analitis, kreatif, dan praktis. Inteligensi analitis adalah kemampuan
untuk menganalisis, menilai, mengevaluasi, membandingkan, dan mempertentangkan.
Inteligensi kreatif adalah kemampuan
untuk mencipta, mendesain, menemukan, dan mengimajinasikan. Inteligensi praktis fokus pada kemampuan
untuk menggunakan, mengaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktikkan.
Delapan
Kerangka Pikiran Gardner. Howard Gardner percaya bahwa ada 8
inteligensi spesifik atau kerangka pikiran, yakni sebagai berikut:
·
Keahlian
verbal: kemampuan untuk berpikir dengan kata dan
menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna (contoh:penulis,wartawan)
·
Keahlian
matematika: kemampuan untuk menyelesaikan operasi matematika
(ilmuan, insinyur)
·
Keahlian
spasial: kemampuan untuk berpikir tiga dimensi (arsitek,
perupa, pelaut)
·
Keahlian
tubuh-kinestetik: kemampuan untuk memanipulasi objek dan
cerdas dalam hal-hal fisik (ahli bedah, pengrajin, penari)
·
Keahlian
musik: sensitif terhadap nada, melodi, irama dan suara
(komposer, musisi)
·
Keahlian
intrapersonal: kemampuan untuk memahami diri sendiri
dan menata kehidupannya secara efektif (teolog,psikolog)
·
Keahlian
interpersonal: kemampuan untuk memahami dan berinteraksi
secara efektif dengan orang lain (guru teladan, profesional kesehatan mental)
·
Keahlian
naturalis: kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan
memahami sistem alam dan sistem buatan manusia (petani, ahli botani, ahli
ekologi)
Proyek
Spektrum. Adalah usaha inovatif yang dilakukan Gardner untuk
menguji delapan inteligensi anak-anak. Proyek Spektrum diawali dengan ide dasar
bahwa setiap murid punya potensi untuk mengembangkan kekuatan di satu atau dua
area. Hal ini memberikan konteks untuk melihat lebih jelas kekuatan dan
kelemahan anak-anak.
Key
School. Key shool, sekolah dasar K-6 di Indianapolis
kepada murid aktivitas yang melibatkan berbagai keterampilan yang berkaitan
dengan delapan kerangka pikiran dari Gardner. Tujuan Key School adalh membuat muri
menemukan sendiri minat dan bakat masing-masing, dan kemudian membiarkan mereka
mengeksplorasinya.
Emotional
Intelligence. Menurut Peter Salovy dan John Mayer
(1990), emotional intelligence ialah
sebagai kemampuan untuk memonitor perasaan diri sendiri dan perasaan serta
emosi orang lain, kemampuan untuk membedakannya, dan kemampuan untuk
menggunakan informasi untuk memandu pemikiran dan tindakan dirinya. Konsepnya sendiri dikemukakan oleh Daniel
Goleman. Menurutnya, emotional
intelligence terdiri dari 4 area:
·
Developing
emotional awareness, seperti kemampuan untuk memisahkan
perasaan dari tindakan
·
Managing
emotions, seperti mampu untuk mengendalikan amarah.
·
Reading
emotions, seperti memahami perspektif orang lain.
·
Handling
relationships, seperti kemampuan untuk memecahkan
problem hubungan.
Mengevaluasi
Pendekatan Multiple-Intelligences. Berikut tabel yang
menunjukkan perbandingan antara pandangan Gardner, Sternberg, dan
Mayer/Salovy/Goleman.
GARDNER
|
STERNBERG
|
MAYER/SALOVY/GOLEMAN
|
Verbal
|
Analitikal
|
|
Matematika
|
||
Spasial
|
||
Gerakan
|
||
Musik
|
||
Intrapersonal
|
Praktikal
|
Emotional
|
Interpersonal
|
||
Naturalistik
|
Kreatif
|
|
Beberapa kritikus mengatakan bahwa
klasifikasi Gardner atas domain seperti keahlian musik sebagai tipe inteligensi
adalah klasifikasi yang tidak mendasar. Pengkritik lain mengatakan bahwa belum
ada basis riset untuk mendukung delapan inteligensi Gardner, tiga inteligensi
Strenberg, dan inteligensi emosional Mayer/Salovy/Galoman.
Kontroversi
dan Isu dalam Inteligensi
Kontroversi tersebut
seperti manakah yang lebih penting dalam menentukan inteligensi, alam ataukah
asuhan; apakah individu punya inteligensi umu dan sejauh mana tes inteligensi
itu dapat memprediksi kesuksesan dalam sekolah dan perkerjaan, seberapa banyak
tes inteligensi mengandung bias kultural; dan apakah tes IQ harus digunakan
untuk menempatkan murid dalam jurusan kelas tertentu?
Sifat
dan Asuhan. Isu sifat-asuhan (nature-nurture) adalah
debat tentang apakah perkembangan seseorang terutama dipengaruhi oleh sifat
alamiah ataukah oleh pengasuhan. Sifat adalah warisan biologis anak, sedangkan
asuhan adalah pengalaman lingkungan. Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa
inteligensi terutama diwarisi dan bahwa pengalaman lingkungan hanya memainkan
peran minimal dalam manifestasi inteligensi itu. Pandangan baru tentang isu
sifat-asuhan ini menyatakan bahwa kualitas yang rumit, seperti inteligensi,
mungkin mempunyai muatan genetik yang memberinya kecenderungan tertentu,
seperti inteligensi rendah, menengah, atau tinggi. Namun, pada dewasa ini,
sebagian pakar sepakat bahwa lingkungan juga memainkan peran penting.
Craig ramey dan
kawan-kawan (1988) menemukan bahwa masa pendidikan awal yang berkualitas tinggi
(sampai usia lima tahun) secara signifikan akan meningkatkan inteligensi anak
dari keluarga miskin. Argumen lain untuk mendukung arti penting dari lingkungan
bagi inteligensi adalah meningkatnya skor tes IQ di seluruh dunia. Dalam salah
satu analisis terhadap proses belajar di sekolah (schooling) dan inteligensi,
disimpulkan bahwa sekolah dan inteligensi saling mempengaruhi.
Efek interaktif dari
warisan dan lingkungan terhadap inteligensi adalah efek yang kompleks dan
dinamis sehingga psikolog William Greenough (1997,2000) mengatakan bahwa
pernyataan tentang mana yang lebih penting, sifat atau asuhan, adalah seperti
pertanyaan tentang mana yang lebih penting bagi kubus, panjang atau lebarnya.
Terlepas dari latar belakang genetik seseorang, tumbuh dalam “situasi yang
serba mendukung” tidak menjamin terciptanya kesuksesan atau inteligensi tinggi,
terutama jika dukungan tersebut diterima begitu saja. Sama seperti, anak yang
memiliki ketertiadaan dukungan, tidak menjamin mereka selalu menghasilkan
inteligensi yang rendah atau kegagalan, terutama jika keluarga dan anak itu mau
memanfaatkan apa saja yang tersedia demi kemajuan mereka.
Apakah
Orang Punya Inteligensi Umum? Sejumlah pakar
mengatakan bahwa individu bukan hanya punya inteligensi umum, tetapi
inteligensi umum ini juga bisa diaplikasikan untuk memprediksi kesuksesan
sekolah dan pekerjaan. Akan tetapi, tes IQ umum hanya memprediksi seperempat
dari variasi dalam kesuksesan kerja, dengan sebagian besar variasi dinisbahkan
pada faktor lain, seperti motivasi dan pendidikan. Korelasi antara IQ dan
prestasi akan berkurang jika orang makin lama dalam bekerja, mungkin karena
mereka semakin banyak mendapat pengalaman kerja dan karenanya kinerjanya jauh
lebih baik. Para pakar inteligensi umumnya sepakat bahwa inteligensi umum
mencakup penalaran dan pemikiran abstrak, kapasitas untuk menyerap pengetahuan,
dan kemampuan memecahkan masalah.
Etnis
dan Kultur
Perbandinngan
Etnis. Di AS, skor rata-rata anak dari keluarga
Afrika-Amerika dan Latin berada di bawah anak dari keluarga kulit putih
nonLatin berdasarkan tes inteligensi standar. Tetapi ingat, ini hanyalah
perbedaan rata-rata. Banyak skor anak Afrika-Amerika lebih tinggi ketimbang
anak kulit Putih Amerika. Apakah perbedaan ini didasari oleh faktor warisan
genetik atau lingkungan? Jawaban umumnya adalah lingkungan. salah satu
penyebabnya adalah, keluarga Afrika-Amerika dalam beberapa dekade terakhir ini
mengalami peningkatan , seperti peluang sosial, pendapatan, dan lain
sebagainya.
Bias
Kultural dan Tes yang Fair secara Kultural.Banyak tes
inteligensi awal mengandung bias kultural, misalnya: lebih memihak pada
anak-anak perkotaan daripada anak-anak pedesaan, anak dari keluarga menengah
daripada keluarga miskin, lebih memihak kulit putih daripada kulit non-putih,
dan lain sebagainya.
Tes
yang Fair secara Kultural. Adalah tes yang diusahakan bebas
dari bias kultural. Ada dua jenis tes culture-fair:
·
Berisi item-item yang diyakini dipahami
oleh anak-anak yang mengikuti tes. Misalnya: seorang anak ditanya perbedaan
antara burung dan kucing
·
Tipenya tidak menggunakan item verbal. Contoh:
Raven Progressive Matrices Test
Pengelompokkan
dan penelusuran Kemampuan. Ada 2 tipe pengelompokkan kemampuan
yang telah dipakai di dalam dunia
pendidikan:
1.
Pengelompokan
(penelusuran) kemampuan antar kelas, yakni pengelompokan
murid berdasarkan pada kemampuan atau prestasi mereka. Pengelompokkan antarkelas
adalah membagi murid ke dalam jalur persiapan ke universitasdan jalur umum. Pengkritik
pendekatan ini mengatakan bahwa cara ini menstigmatisasi murid yang dimasukkan
ke kelompok kelas lemah. Para pengkritik juga menekankan bahwa pengelompokkan
ini dipakai untuk memisahkan murid berdasarkan etnis dan status sosioekonomi
karena hanya sedikit murid dari etnis minoritas yang masuk kelompok jalur
cepat. Satu variasi dari pengelompokkan kemampuan antarkelas adalah program non-graded (lintas usia),
dimana murid dikelompokkan berdasarkan kemampuan dalam subjek tertentu dari
usia atau levelnya. Tipe program ini lebih banyak digunakan disekolah dasar
ketimbang sekolah menengah, terutama dalam tiga kelas pertama. Joplin Plan adalah program nongraded
untuk pelajaran membaca. Ringkasnya, pengelompokkan atau penjaluran adalah isu
kontroversial karena membatasi kemampuan murid yang dikelompokkan sebagai
kelompok lemah dalam belajar.
2. Pengelompokkan kemampuan dalam
kelas, yakni menempatkan murid dalam dua atau tiga
kelompok di dalam kelas dengan berdasarkan pada perbedaan kemampuan murid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar