KULTUR, STATUS SOSIOEKONOMI, ETNIS, DAN
PENDIDIKAN BILINGUAL
Kultur
adalah
pola perilaku, kenyakinan dan semua produk dari kelompok orang tertentu yang
doiturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Produk itu berasal dari
interaksi antar kelompok orang dengan lingkungannya selama bertahun-tahun. Studi lintas kultural membandingkan apa
yang terjadi dalam satu kultur dengan apa yang terjadi dalam satu atau beberapa
kultur lainnya, menyediakan informasi tentang seberapa jauh orang itu sama dan
seberapa jauh perilaku tertentu adalah perilaku khusus dari suatu kultur tertentu.
Perbedaan dalam kultur dibedakan dalam 2 kelompok, yakni individualisme dan
kolektivisme. Individualisme adalah seperangkat nilai yang mengutamakan tujuan
personal di atas tujuan kelompok. Sedangkan kolektivisme adalah seperangkat
nilai yang mendukung kelompok. Di Barat lebih cenderung individualisme
sedangkan bangsa Timur lebih mengutamakan kolektivisme. Namun, terlepas dari
latar belakang kulturalnya, orang membutuhkan perasaan akan diri yang positif
dan juga hubungan dengan orang lain agar bisa berkembang sepenuhnyasebgai
manusia.
Status
Sosioekonomi (SES)
adalah kategorisasi orang berdasarkan karakteristik ekonomi, pendidikan,
dan pekerjaan. Penekanannya dititikberatkan pada perbedaan antara individu
dengan status sosioekonomi rendah dan menengah. Individu dengan SES rendah
biasanya kurang mendapat pendidikan, kurang kekuatan untuk memengaruhi sekolah
dan institusi komunitas lainnya, dan kurang sumber daya ekonomi. Anak-anak
miskin menghadapi problem di rumah dan sekolah yang dapat mengganggu proses
belajar mereka. Sekolah di lingkungan masyarakat berpendapatan rendah biasanya
kurang memiliki guru yang berpengalaman dan hanya mempunyai sedikit sumber daya
dan lebih mungkin menggunakan metode pembelajaran usang.
Kata ethnic
berasal dari kata Yunani yang berarti “bangsa”. Etnisitas (etnicity) adalah pola umum karakteristik seperti warisan
kultural, nasionalitas, ras, agama dan bahasa. Semua orang adalah anggota dari
satu atau lebih kelompok etnis. Bagaimana etnis berbeda dari ras? Istilah ras (race) yang sekarang didiskreditkan
sebagai konsep biologis adalah klasifikasi orang atau makhluk hidup lainnya
berdasarkan karakteristik psikologis tertentu. Jadi ras tak lagi diakui sebagai
konsep ilmiah yang autentik. Seorang psikolog sosial, James Jones (1994,1997)
menunjukkan bahwa pemikiran dari segi ras telah melekat di setiap kultur. Dia
mengatakan bahwa orang sering “menstereotipkan” orang lain berdasarkan alaran ras,
dan secara keliru mengklasifikasikan mereka sebagai ras yang kurang atau lebih
cerdas, kompeten, bertanggung jawab, atau kurang bisa diterima secara sosial.
Pendidikan
bilingual bertujuan untuk mengajarkan mata pelajaran kepada
anak-anak imigran dengan menggunakan bahasa asli mereka sembari pelan-pelan
mengajari mereka berbahasa sesuai dengan tempat tinggal mereka sekarang. Misalnya,
seorang anak yang berasal dari Spanyol pindah ke Amerika dan bersekolah di
sana. Pendukung pendidikan bilingual mengatakan bahwa model ini akan membantu
imigran untuk menghargai keluarga dan nilai kultur mereka, dan meningkatkan
rasa percaya diri mereka, serta memungkinkan keberhasilan dari studi mereka. Sedangkan
para penentangnya mengatakan bahwa model ini membahayakan imigran karena tidak
memberi mereka pelajaran dalam bahasa asing tempat mereka sekolah sekarang
secara memadai dan karenanya akan membuat mereka tidak siap untuk masuk ke
lapangan kerja. Akan tetapi, para peneliti telah menemukan bahwa bilingualisme
tidak mengganggu prestasi. Pertimbangan bahasa kedua lainnya ini difokuskan
pada AS sebagai salah satu negara yang
paling banyak punya lulusan SMA yang hanya bisa kenal bahasa mereka sendiri.
Penelitian juga menunjukan bahwa mempelajari bahasa kedua akan lebih sukses
jika dika diajarkan sejak anak-anak ketimbang jika sudah dewasa.
PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME
Pendidikan
multikulturalisme adalah pendidikan yang menghargai
perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompokn kultural.
Tujuan dari pendidikan ini adalah memeratakan kesempatan bagi semua murid dan
mempersempit gap prestasi akademik antar murid kelompok utama dan minoritas.
Sejak kapan pendidikan multikulturalisme diterapkan? pada tahun 1960-an di
Amerika Serikat, terjadi gerakan hak-hak sipil dan gerakan untuk pemerataan
kesetaraan dan keadilan sosial dalam masyarakat untuk wanita serta orang kulit
berwarna.
Ada berbagai komponen utama yang
menyangkut keadilan sosial yakni reduksi prasangka dan pedagogi ekuitas.
· Reduksi prasangka
adalah aktivitas yang dapat mengimplementasikan guru di kelas untuk
mengeliminasi pandangan negatif dan stereotip terhadap orang lain.
· Pedagogi ekuitas
adalah modifikasi proses pengajaran dengan memasukkan materi dan strategi
pembelajaran yang tepat baik itu anak laki-laki maupun anak perempuan dan untuk
semua kelompok etnis.
Adanya konsep pemberdayaan (empowerment) yakni memberi orang kemampuan
intelektual dan keterampilan memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan
dunia yang lebih adil. Pendidikan multikulturalisme menitikberatkan pada usaha
tahun 1960 sampai 1980-an untuk memberdayakan murid dan memperbaiki
representasi kelompok minoritas dan kultural dalam kurikulum dan buku ajar.
Sekolah harus memberi murid kesempatan untuk belajar tentang pengalaman,
perjuangan dan visi dari berbagai kelompok kultural dan etnis yang
berbeda-beda. Harapannya adalah:
·
meningkatkan rasa harga diri minoritas,
mengurangi prasangka dan memberikan kesempatan pendidikan yang lebih setara.
·
membantu kelompok mayoritas untuk
menjadi lebih toleran kepada kelompok minoritas
·
mengembangkan beragam perspektif dalam
kurikulumnya
Bentuk-bentuknya dapat berupa:
·
kelas
jigsaw (kelas dimana murid dari berbagai latar belakang
kultural yang berbeda diminta bekerja sama untuk mengerjakan beberapa bagian
yang berbeda dari suatutugas untuk meraih tujuan yang samas
·
tim olahraga
·
produksi drama
·
pentas seni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar