Wikipedia

Hasil penelusuran

Kamis, 19 Juni 2014

Teori Kepribadian Jung



Carl Jung merupakan salah satu tokoh yang mengikuti teori Sigmud Freud, tetapi jung mengembangkan teori kepribadian sebagai perbedaan dramatis dari psikologi kaum arthodox.
KEKUATAN JIWA
Jung tokoh yang meminimilisasi pentingnya seks dalam teori kepribadian. Dia mengemukakan tiga tipe dasar yaitu:
·         opposites=  sifat berlawanan
·         equivalence= perpindahan kekuatan
·         entropy= penyamaran perbedaan energi
Definisi Kepribadian
Jung mengartikan kepribadian dengan berbeda dan mengeluarkan penjelasan tentang manusia yang berbeda satu sama lain yang dia sebut sebagai “analytical psuchology”.
Struktur Kepribadian
Sistem-sistem dalam Kepribadian
Sistem utama dalam kepribadian adalah ego, personal unconscious, dan collective unconscious.
1.      Ego
Ego adalah pusat dari kesadaran, bagian dari jiwa yang diperhatikan dengan merasa, berpikir, perasaan, dan ingatan. Itu adalah kesadaran kita pada diri kita sendiri dan yang bertanggung jawab untuk membawa keluar semua aktivitas normal pada saat kita  sadar.

Sikap: Extraversion dan Introversion
Kebanyakan kesadaran kita mempersepsi dan mereaksikan ke lingkungan berdasarkan sikap mental yang berlawanan dari extraversion dan introversion. Yang termasuk ke dalam extraverts adalah terbuka, suka bergaul, tegas secara sosial, diorientasiakan terhadap orang lain dan dunia luar. Yang termasuk ke dalam introverts adalah pendiam dan sering malu, dan mereka cenderung untuk focus pada diri mereka sendiri, pada pikiran dan perasaan mereka sendiri.
Menurut Jung, setiap orang mempunyai kapasitas untuk kedua sikap tersebut, tetapi hanya satu yang lebih dominan dalam kepribadian. Sikap yang dominan akan cenderung untuk menentukan arah dari perilaku dan kesadaran seseorang. Sikap yang tidak dominan menjadi bagian dari ketidaksadaran seseorang.Dimana itu dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

Fungsi Psikologis
Fungsi ini menunjuk pada perbedaan dan cara yang berlawanan dalam merasa dan pengertian baik dalam dunia luar yang nyata dan dunia dalam kita yang subjektif. Jung telah mengusulkan 4 fungsi dalam jiwa, yaitu: merasakan, intuisi, berpikir, dan perasaan.



Tipe Psikologis Jung
Extraverted thinking   : logis, objektif, dogmatis.
Extraverted feeling     : emosional, sensitive, suka bergaul; lebih khas wanita daripada pria.
Extraverted sensing    : ramah tamah, pencari kesenangan, mudah adaptasi diri.
Extraverted intuiting   :kreatif, mampu untuk memotivasi orang lain, dan    menangkap peluang.
Introverted thinking    : lebih tertarik pada ide-ide daripada orang-orang.
Introverted feeling      : sikap hati-hati, tidak memendam rasa, mampu dalam emosi yang dalam.
Introverted sensing     : terlihat keluar, dengan tujuan untuk kepentingan estetika.
Introverted intuiting   : lebih memperhatikan ketidaksadaran daripada realitas setiap hari.
Merasakan dan intuisi adalah kelompok yang sama yang merupakan fungsi nonrasional. Fungsi ini menerima pengalaman dan tidak mengevaluasi pengalaman tersebut.
Pasangan kedua dari fungsi yang berlawanan, yaitu berpikir dan perasaan.Hal tersebut merupakan fungsi rasional yang melibatkan diri dalam pembuatan keputusan dan evaluasi terhadap pengalaman kita. Meskipun berpikir dan perasaan berlawanan, akan tetapi keduanya memperhatikan dalam hal mengatur dan mengkategorikan pengalaman.

Tipe-tipe Psikologis
Jung mengemukakan 8 tipe psikologis, didasarkan pada interaksi dari dua sikap dan empat fungsi.
1.      The Extraverted Thinking Type cenderung :
-          Hidup dengan keras sesuai dengan peraturan masyarakat.
-          Orang dalam tipe ini cenderung menekan perasaan dan emosi mereka menjadi lebih objektif dalam segala aspek kehidupan, dan menjadi dogmatis dalam pikiran atau pendapat.
-          Mereka hanya fokus pada pembelajaran tentang dunia luar dan menggunakan logika untuk menjelaskan dan mengerti akan hal tersebut.
2.      The Extraverted Feeling Type cenderung :
-          Menekankan mode dalam berpikir dan emosional yang tinggi.
-          Orang dalam tipe ini patuh kepada nilai-nilai tradisional dan moral-moral yang telah mereka pelajari.
-          Tidak terbiasa peka terhadap pendapat dan ekspektasi dari yang lainnya.
-          Merespon secara emosional dan berteman dengan mudah.
-          Cenderung peramah dan riang gembira.
3.      The Extraverted Sensing Type cenderung :
-          Fokus pada kesenangan dan kebahagiaan dan pencarian pengalaman yang baru.
-          Orang yang tipe seperti ini sangat paham terhadap dunia luar dan sangat mudah adaptasi dengan jenis orang yang berbeda dan terhadap perubahan situasi.
-          Cenderung ramah tamah dengan kapasitas yang tinggi untuk menikmati hidup.
4.      The Extraverted Intuiting Type cenderung :
-          Menemukan kesuksesan dalam bisnis dan politik karena memiliki kemampuan yang tekun untuk peluang yang luar biasa.
-          Orang seperti ini sangat tertarik pada ide yang baru dan cenderung untuk menjadi kreatif.
-          Mampu untuk menginspirasi orang lain untuk mencapai tujuan.
-          Orang seperti ini juga suka berubah-ubah dalam hal ide. Tetapi bagaimanapun, ide mereka adalah yang paling benar.
5.      The Introverted Thinking type :
-          Tidak bisa bergaul dengan baik dengan orang lain dan mempunyai kesulitan untuk menemukan ide dalam berkomunikasi.
-          Lebih fokus pada pikiran daripada perasaan dan buruk dalam pengambilan keputusan yang praktis.
-          Lebih suka berurusan dengan hal yang abstrak dan teori.
-          Fokus untuk mengerti diri sendiri daripada orang lain.
Orang lain melihat mereka sebagai orang yang keras kepala, suka menyendiri, sombong, dan kurang menarik perhatian pada seseorang.
6.      The Introverted Feeling Type :
-          Menekankan pikiran rasional.
-          Emosinya dalam, tetapi menghindari untuk mengeluarkan atau mengekspresikannya.
-          Terlihat misterius dan susah bergaul dan cenderung untuk diam, sederhana, dan kekanak-kanakan.
-          Mempunyai sedikit pertimbangan tentang perasaan dan pikiran terhadap orang lain dan muncul sikap yang menyendiri, dingin dan percaya diri.
7.      The Introverted Sensing Type :
-          Munculnya sikap yang pasif, tenang dan terpisah dalam kehidupan sehari-hari.
-          Lebih melihat aktivitas manusia dengan kebaikan dan hiburan.
-          Sentitif, mengekspresikan diri mereka pada seni atau musik, dan cenderung untuk menekankan intuisi mereka.
8.      The Introverted Intuiting Type :
-          Fokus dengan sungguh – sungguh pada intuisi. Orang dengan tipe ini mempunyai kontak yang sedikit dengan realitas.
-          Pelamun dan menyendiri, tidak mau ambil pusing dengan urusan yang praktis, dan susah dimengerti orang lain.
-          Diperkirakan mempunyai tingkah laku yang aneh.
-          Kesulitan menghadapi kehidupan sehari-hari dan perencanaan masa depan.
Personal Unconscious and Complex
Sistem Jung memiliki konsep yang sama dengan Freud pada bawah sadar. Ketidaksadaran pribadi adalah  sesuatu yang ada dalam pikiran tapi telah dilupakan karena dianggap mengganggu. Pengalaman yang tidak disetujui ego untuk muncul ke sadar tidak hilang, tetapi disimpan dalam personal unconscious.Sehingga taksadar pribadi berisi pengalaman yang di tekan, dilupakan, dan yang gagal menimbulkan kesan sadar.bagain terbesar dari isi tak sadar pribadi mudah dimunculkan kekasadaran, yakni ingatan siap sewaktu-waktu dapat dimunculkan ke sadaran.
Menuru Jung, komplex adalah perasaan-perasaan,fikiran-fikiran, persepsi-persepsi, ingatan-ingatan mungkin mengorganisir diri menjadi satu.jung menemukan kompleks ini melalui risetnya melalui risetnya dalam asosiasi kata. Sering orang terjadi orang kesulitan membuat asosiasi tertentu, terjadi karena kata itu dalam ketidaksadaran pribadi berhubungan dengan organisasi fikiran-perasaan-ingatan yang bermuatan emosi yang kuat.
Complex bisa digolongkan pada sadar atau bawah sadar, dimana yang tidak berada di bawah sadar dapat mengganggu kesadaran.. seseorang dalam  kompleks umumnya tidak menyadari pengaruhnya, meskipun mungkin mudah mengamati dampaknya .
Orang dikatakan kompleks kalau orang itu jenuh ( preoccupied ) dengan sesuatu yang mempengaruhi hampir semua tingkah lakunya, sampai-sampai oleh Jung, bukan oaring itu yang memiliki kompleks, tetapi komplekslah yang memilki orang itu.kompleks mempunyai inti, yaitu inti kompleks yang bertindak sebagai magnet menarik atau mengkonstrasikanberbagai pengalaman ke arahnya.
Misalnya, remaja puri yang memiliki kompleks inferior, dengan terobsesi dengan penilaian bahwa dirinya kurang kemampuan, kurang berbakat, kurang menarik, disbanding orang lain. Dia yakin ( sadar ) bahwa inferioritasnya akibat dari prestasi buruknya disekolah, hanya mempunyai sedikit teman, dan tidak mampu mengemukakan kemauan dan keinginannya. Orang yang mengidam kompleks ibu;fikiran perasaan dan perbutannya dituntut oleh konsepsi tentang ibu, persaan ibu, nasihat ibu, kebahagian ibu.
Mula-mula, Jung berpendapat pengalaman masa kecil yang memicu berkembangnya suatu kompleks.Namun sesudah menganalisis bagaimana kompleks kecil itu dapat menimbulkan kekuatan yang sangat besar, Jung menemukan faktor penyumbang timbulnya kompleks di dalam tingkat kesadaraan yang paling dalam, yaitu taksadar kolektif.
The Collective Unconcious (Bawah Sadar Kolektif)
Konsep Jung yang satu ini berawal dari pengalamannya menangani orang yang menderita skizofrenia saat Ia bekerja sebagai psikiater di rumah sakit Burgholzi. Jung merupakan salah satu pengikut teori Freud tentang bawah sadar yang digolongkan dalam berbagai tingkatan jiwa yang terbentuk dari keinginan yang tertahan. Namun ia mengembangkan teori ini lagi dengan menambahkan beberapa konsep, salah satunya adalah konsep archetype (pola dasar).
Jung mengartikan bawah sadar kolektif sebagai level terdasar di dalam tingkatan jiwa seseorang yang berisi akumulasi dari pengalaman yang telah ada sejak purba kala, yang bersifat turun temurun dan primitif. Pengalaman masa lalu yang bersifat primitif tersebut menjadi fondasi/ dasar dari kejiwaan manusia, yang turut mempengaruhi tingkah laku manusia di masa sekarang. Jung juga menghubungkan setiap kepribadian individu dengan masa lalunya, bukan hanya dari masa kanak- kanaknya, namun juga dari  sejarah awal spesies manusia ada. Sebagai contoh dari konsep bawah sadar kolektif: Ia beranggapan bahwa manusia tidak mewarisi rasa takut terhadap ular, namun manusia mewarisi potensi terhadap adanya rasa takut terhadap ular.

Archetypes (Pola Dasar)
Jung meyakini bahwa archetypes (pola dasar) berawal dari bawah sadar kolektif yang bersifat turun temurun, universal, dan merupakan bawaan lahir dari setiap individu.Pola – pola dasar ini tidak dipelajari dan berfungsi untuk mengatur bagaimana manusia menghadapi sesuatu hal yang ada.Archetypes ini disebut juga sebagai gambaran primordial. Secara umum terbagi kedalam 4 pola dasar, yaitu Persona archetype, Anima archetype & animus archetype, shadow archetype, dan self archetype.
·         Persona archetype: Merupakan wajah publik atau figur yang individu tampakkan secara umum ke orang disekitarnya. Pola dasar ini diidentikkan dengan ‘topeng’ sebagai suatu hal yang kita perlihatkan ke orang disekitar kita namun bertentangan dengan diri yang sebenarnya. Pola dasar ini dibutuhkan demi menunjang keberhasilan kehidupan sosial individu, baik dalam hal pertemanan, bermitra ataupun pekerjaan. Persona bisa menjadi bumerang bagi diri individu yang tidak bisa membedakannya dengan sifat asli dirinya. Hal itu terjadi dikarenakan ego mengidentifikasikan persona sebagai konsep dirinya, yang bertentangan dengan sifat dirinya yang asli, hal itu sering disebut dengan inflasi persona. Sebagai contohnya: Orang yang menipu seseorang dengan penyamaran tertentu untuk pertama kali, dan saat kedua kalinya ia melakukan hal tersebut, ia bukan lagi menipu orang lain melainkan ia menipu dirinya sendiri.
·         The Anima and the animus archetype:
Anima archetype merupakan sisi feminim yang ada pada pria, sedangkan Animus archetype merupakan sisi maskulin yang ada pada wanita.
Jung mengakui bahwa manusia secara essensial/ mendasar merupakan makhluk yang bisexual.Dari segi psikologi, setiap jenis kelamin memanifestasikan suatu karakteristik, watak, dan tingkah laku tertentu yang ada pada lawan jenisnya.Hal ini merupakan penyesuaian dan bentuk dari keberlangsungan hidup dari suatu spesies yang berhasil untuk saling memahami sifat dari lawan jenisnya.
Jung beranggapan bahwa anima dan animus ini harus di ekspresikan oleh pria maupun wanita. Jika tidak, aspek penting ini akan menjadi terbengkalai dan tidak berkembang, sehingga mengakibatkan kepribadiaan yang berorientasi pada satu sisi saja, dan tidak seimbang seperti yang ia harapkan.



Simbol yang memperlihatkan keseimbangan yang dimaksudkan oleh Jung adalah simbol Yin dan Yang.Pemberian titik berwarna putih diatas warna hitam disebelah kanan merupakan representasi sisi feminim yang ada pada pria (the anima archetype).Pemberian titik berwarna hitam pada warna putih disebelah kiri merupakan representasi sisi maskulin yang ada pada wanita (the animus archetype).
·         Shadow archetype:
Shadow archetype merupakan sisi buruk dari kepribadiaan seseorang yang didalamnya terdapat insting hewani yang bersifat primitif, dan merupakan akar mula semua jenis archetype.
Tingkah laku yang sering diartikan masyarakat sebagai tindakan asusila dan tidak bermoral, semuanya berawal dari pola dasar ini, sehingga jika manusia ingin hidup secara harmonis maka pola dasar ini harus bisa dikendalikan.Namun yang menjadi dilema adalah, didalam pola dasar ini juga terdapat spontanitas, kekuatan, kreatifitas, dan emosi.Maka ego lah yang berfungsi untuk mengendalikan insting hewaniah ini agar individu dapat dikategorikan sebagai manusia yang beradab, namun dengan tetap memberi ruang untuk mengekspresikan sisi kreatif dan emosi.
·         The Self Archetype:
The Self Archetype merupakan representasi dari integrasi, penggabungan, dan harmoni dari keseluruhan aspek kepribadian. Aspek ini merupakan tujuan utama didalam hidup manusia yang terus ia perjuangkan didalam hidupnya. Pola dasar ini meliputi bagaimana menyeimbangkan berbagai macam aspek kepribadian.
Di dalam self archetype, alam sadar dan bawah sadar berasimilasi sehingga the self menjadi seimbang diantara alam sadar dan bawah sadar.
Realisasi dari pola dasar ini terletak di masa depan individu tersebut. Pola dasar ini bersifat motivator. Yaitu memotivasi individu untuk tetap fokus ke masa yang akan datang. Pola dasar ini akan semakin berkembang seiring bertambahnya usia.Aktualisasi dari pola dasar the selfini meliputi tujuan hidup individu untuk masa depannya dan akurasi nya dalam mengetahui kemampuan yang dimilikinya.
Perkembangan Kepribadian
Teori kepribadian Jung mengarah ke masa depan. Jung percaya bahwa kepribadian kita ditentukan oleh apa yang kita harapkan. Jung juga percaya bahwa sebagai individu, kita tumbuh dan berkembang tanpa menghiraukan umur.
Childhood to Young Adulthood
Ego mulai berkembang pada saat masa kanak kanak awal, pada awalnya dengan cara yang masih primitif karena anak-anak belum terbentuk identitas yang unik. Kepribadian anak itu adalah refleksi dari kepribadian orang tuanya.Orang tua mencoba untuk mendorong kepribadian mereka pada anaknya. Atau mereka menginginkan anak mereka untuk mengembangkan kepribadian yang berbeda dari mereka sebagai cara untuk menutupi kekurangan.Ego terbentuk ketika anak dapat membedakan antara dirinya dengan orang lain. Dengan kata lain, kesadaran terbentuk ketika anak sudah bisa berkata “saya”. 
Middle Age to Old Age
Tahap ini dimulai antara usia 35 atau 40 tahun. Pada usia pertengahan, ketika kesuksesan telah dicapai, kepribadian berubah. Energi psikis harus disalurkan ke dalam alam bawah sadar dan sikap berubah dari extraversi ke introversi. Sesudah usia pertengahan umumnya dapat mencapai realisasi diri. Jika kita berhasil dalam mengintegrasikan ketidaksadaran dengan kesadaran, kita berada dalam posisi untuk mencapai kesehatan psikologis yang positif, suatu kondisi yang disebut Jung individuasi.Tahap perkembangan berikutnya disebut Jung sebagai transendensi.Transendensi melibatkan penyatuan kepribadian.
Tahap terakhir dari perkembangan kepribadian adalah usia tua. Pada masa kanak-kanak dan masa tua, ketidaksadaran mendominasi kepribadian. Orang yang lebih tua tidak akan melihat ke masa lalu, mereka menginginkan tujuan untuk mengorientasikan diri mereka kemasa depan. Jung menyarankan bahwa penurunan nilai-nilai agama itu berbahaya bagi masyarakat, karena lebih sedikit orang percaya pada janji atau tujuan hidup setelah kematian.Dia berpikir bahwa keniscayaan kematian harus dipandang sebagai tujuan karena kesejahteraan psikologis kita tergantung pada usaha yang kita miliki.


Psikopatologi
Kritik terhadap data dan metode penelitian Freud juga terjadi pada penelitian Jung.Data yang diambil Jung tidak berdasarkan observasi yang objektif dan tidak dikumpulkan secara sistematis.Jung tidak menyimpan rekaman dari komentar-komentar pasiennya dan dia juga tidak memverifikasi kebenaran laporan yang didapat dari pasiennya.Studi kasus Jung melibatkan sekelompok kecil sampel orang yang tidak dapat mewakili populasi yang lebih besar.Analisis data Jung bersifat subjektif dan tidak dapat dipercaya karena prosedur yang dia terapkan dalam analisisnya tidak pernah dia jelaskan.

Assessment in Jung’s Theory: Word Association, Symptom Analysis, and Dream Analysis
Teknik penafsiran Jung terhadap kejiwaan seseorang didasarkan pada sains dan hal supranatural, yaitu hasil dari penilaian objektif dan hal mistik.Dia membentuk teori kepribadiannya dengan didasarkan pada fantasi pasiennya dan mimpi, dan penjelajahannya terhadap bahasa kuno, hal kimia, dan astrologi.
Teknik yang dilakukan Jung berbeda dengan teknik yang biasanya dilakukan oleh psikolog lainnya. Dalam memeriksa pasiennya, Jung biasanya duduk berdua dan saling bertatap muka dengan pasiennya, atau bahkan pergi jalan-jalan bersama, berbeda dari psikolog lain yang biasanya menyuruh pasien untuk berbaring di tempat tidur.Jung menganggap bahwa fantasi pasien mengandung jawaban atas permasalahan jiwanya dan ini bias dilihat lewat raut wajahnya.
3 teknik dasar dalam teori Jung yaitu word association(persatuan kata), symptom analysis(analisi gejala), dan dream analysis(analisis mimpi). Untuk mengembangkan teori Jung, dibuatlah sebuah test yang bernama Myers-Briggs Type Indicator.
1.      Asosiasi kata
Test asosiasi kata adalah teknik dimana seseorang(subjek) merespon stimulus berupa kata dengan kata apa saja yang muncul di benak mereka. Teknik ini menjadi standar laboratorium dan alat klinis dalam Psikologi.
Di awal tahun 1900 Jung menggunakan 100 kata yang dianggap dapat menimbulkan emosi. Dia memberi penilaian(melihat efek emosional) terhadap respon subjek pada setiap kata yang di berikan.
Jung menggunakan asosiasi kata untuk menemukan gangguan(complex) pada pasiennya. Complex ini timbul oleh beberapa factor, diantaranya : respon psikologi, keterlambatan respon, memberikan respon yang sama bagi kata yang berbeda, kesalahan dalam mengatakan sesuatu, gagap, memberikan respon lebih dari satu kata, atau gagal merespon.
2.      Analisis gejala
Gejala yang timbul dan asosiasi pasien(bagaimana seseorang menghubungan suatu hal dengan hal lain) terhadap gejala tersebut serta bagaimana analis mengartikan gejala tersebut.
3.      Analisis mimpi
Jung setuju dengan pendapat Freud bahwa mimpi adalah ‘royal road’ dalam ketidaksadaran(unconsciousness). Namun keduanya melihat analisis mimpi dalam pendekatan/cara yang berbeda.Jung menyatakan bahwa mimpi itu lebih dari sekedar keinginan bawah sadar seseorang.Yaitu mimpi adalah cikal bakal. Dimana mimpi membantu kita untuk mempersiapkan dan mengantisipasi sesuatu yang akan terjadi. Lalu mimpi juga penyeimbang.
Jung melakukan analisis mimpi yang berangkai dimana ia meminta pasien untuk memberitahukan mimpinya dalam suatu jangka waktu. Dengan cara ini(melihat mimpi) Jung yakin bahwa ia dapat mengetahui apa masalah yang terjadi didalam alam bawah sadar pasiennya.
Didalam asosiasi bebas Freud, pasien memulai dengan sebuah elemen/unsure dalam mimpi dan kemudian mengembangkan rangkaian asosiasi dengan cara melaporkan kejadian yang berhubungan. Sedangkan Jung berfokus pada elemen asli/dasar dan meminta pasien untuk memberikan asosiasi dan respon yang sama sampai ia dapat mendeteksi masalahnya.

Isu Penting dalam Pikologi Kepribadian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar