Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 20 Juni 2014

LEARNING CONT. . III



Pendekatan Kognitif dalam Pembelajaran (Teori Bandura)
      Bandura lahir di Mundare, Alberta Utara, kanada 04 desember 1925. Setelah SMA dia bekerja pada musim panas di Alaska High Way.
Ia menerima gelar sarjana psikologi dari University of British Columbia pada tahun 1949 dan mendapat gelar Ph.D dari University of Lowa pada tahun 1952. Di sanalah ia berada dibawah pengaruh tradisi behavioris dan teori pembelajaran.
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga faktor perilaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspetasi seseorang untuk meraih keberhasilan. Model determinisme resi prokal yang terdiri dari 3 faktor utama : perilaku, person atau kognitif , dan lingkungan. Bandura menggunakan istilah person tetapi kita memodifikasinya menjadi person (cognitive) karna banyak faktor orang yang dideskripsikannya adalah faktor kognitif.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (1997,2001) pada masa belakangan ini adalah self-efficacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif. Bandura menyatakan bahwa self-efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku. Misalnya seseorang yang self-efficacynya rendah tidak mau berusaha menghilangkan rasa takut terhadap ular karena dia tidak percaya rasa takut tersebut tidak bermanfaat baginya ketika ia pergi camping bersama temannya.
Bandura berfokus pada sikap-sikap yang terlihat dan sedikit atau sama sekali tidak ada perhatian pada proses-proses mental. Sejak itu ia memulai pendekatan kognitif, dalam pembelajarannya, Bandura berfokus pada bagaimana manusia belajar melalui hal-hal yang diamati. Contohnya, Bandura berkata bahwa seorang anak dapat belajar membenci laba-laba karena mengamati sikap orang lain yang menunjukkan rasa sangat takut pada laba-laba (social kognitif learning).
Bandura percaya bahwa jika kita hanya belajar dengan cara trial-and-error, maka belajar menjadi sesuatu yang sangat sulit dan memakan waktu lama. Dari pada melakukan sesuatu secara trial-and-error, banyak prilaku kompleks yang berhasil dilakukan karna adanya paparan atau karna kita melihat contoh prilaku (yang dilakukan oleh model, orang lain disekitar kita). Dengan mengamati orang lain, kita dapat memiliki pengetahuan, keterampilan, peraturan, strategi, kepercayaan dan sikap (Schunk, 2008).
Bandura menemukan bahwa manusia belajar sambil mengamati dan banyak pembelajaran pada manusia melalui pengamatan.
Bobo Doll Experiment
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Bandura (1995) mengilustrasikan bagaimana pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan mengamati model yang bukan sebagai penguat atau penghukum. Eksperimen ini juga mengilustrasikan perbedaan antara pembelajaran dan kinerja ( performance). Sejumlah anak taman kanak-kanak secara acak ditugaskan untuk melihat 3 film dimana ada seseorang (model) sedang memukuli boneka plastik seukuran orang dewasa yang dinamakan boneka bobo. Dalam film pertama, penyerangnya diberi permen, minuman ringan, dan dipuji karena melakukan tindakan agresif.
Dalam film kedua, si penyerang ditegur dan ditampar karena bertindak agresif. Dalam film ketiga, tidak ada konsekuensi atas tindakan si penyerang boneka. Kemudian masing-masing anak dibiarkan sendiri berada di ruang penuh mainan, termasuk boneka bobo. Perilaku anak diamati melalui cermin satu arah. Anak yang menonton film dimana perilaku penyerang diperkuat atau tidak dihukum apapun lebih sering meniru tindakan model ketimbang anak yang menyaksikan si penyerang dihukum. Anak lelaki lebih agresif ketimbang anak perempuan. Namun, poin penting dalam studi ini adalah pembelajaran observasi terjadi sama ekstensifnya baik itu ketika perilaku agresif diperkuat maupun tidak diperkuat. Poin penting kedua dalam studi ini difocuskan pada perbedaan antara pembelajaran dan kinerja karna murid tidak melakukan respon bukan berarti mereka tidak mempelajarinya. Dalam studi Bandura, saat anak diberi insentif ( dengan stiker atau jus buah) untuk meniru model, perbedaan dalam perilaku initatif anak dalam tiga kondisi itu hilang. Bandura percaya bahwa ketika anak mengamati perilaku tetapi tidak memberikan respon yang dapat diamati, anak itu mungkin masih mendapatkan respon model dalam bentuk kognitif.
Model Pembelajaran  Melalui Pengamatan Bandura
Dalam pembelajaran ini, tidak ada pembelajaran yang terjadi secara coba-salah seperti pada pengondisian instrumental. Pemebelajaran melalui pengamatan biasanya memakan waktu yang lebih singkat.
Menurut Bandura ada 4 proses yang terlibat didalam pembelajaran melalui pengamatan:
a.      Attention
Pengamat harus memberi perhatian pada apa yang dikatakan dan dikerjakan oleh model (orang yang diamati). Memberi perhatian kepada model dipengaruhi oleh karakteristik model tersebut. Orang yang hangat, memiliki kekuasaan, unik akan sanggup menyita perhatian dari pada orang yang dingin, lemah atau biasa-biasa saja.
Contoh : pengamat melihat seorang wanita yang sedang memegang seekor laba – laba besar. Ia merasa sangat takjub.
b.   Memory
Pengamat harus mengingat setiap informasi didalam ingatan sehingga dapat mengeluarkan ingatan tersebut saat diperlukan yang akan membantu pengamat meniru sifat model.
Contoh : pengamat selalu mengingat model yang tidak takut memegang laba-laba.
c.       Imitation
Pengamat harus mampu mengingat informasi dan kemudian meniru sikap yang dilakukan oleh model.
Contoh : pengamat akan meniru rasa tidak takut dan cara model memegang seekor laba-laba.

d.      Motivation
Pengamat harus memiliki beberapa alasan atau dorongan untuk meniru sikap model. Pada banyak kejadian, kita dapat memberikan perhatian dengan baik pada apa yang model lakukan, mengendapkan informasi tersebut dan memiliki alasan atau dorongan yang baik untuk melakukan tindakan yang dilakukan oleh model. Namun, kita sering kali gagal untuk melakukan tindakan tersebut karna kurangnya alasan atau dorongan. Pentingnya hal ini ditunjukkan oleh bandura (1965) dalam studi awalnya mengenai seorang anak yang melihat seorang model dihukum karna agresifitas, mengulang tindakan model hanya karna mereka ditawarkan insentif untuk melakukannya.
Menurut Bandura ada beberapa jenis motivasi  yaitu : dorongan masa lalu, dorongan yang dijanjikan ( insentif ), dorongan-dorongan yang kentara.
·         Dorongan masa lalu
Dorongan-dorongan sebagaimana yang dimaksud kaum behavioris tradisional.
·         Dorongan yang dijanjikan ( insentif ) yaitu yang bisa kita bayangkan
·         Dorongan-dorongan yang kentara yaitu seperti melihat atau teringat akan model-model yang patut ditiru.
Contoh : pengamat termotivasi untuk tidak takut pada laba-laba karena ia akan pergi camping bersama teman-temannya, jika pengamat berhasil meniru sikap tenang model ketika memegang laba-laba dan menghilangkan rasa takutnya ketika ia pergi camping bersama teman-temannya.
Contoh tersebut menunjukkan bagaimana 4 proses mental berlangsung selama social cognitive  learning. Berikut merupakan pembelajaran kognitif yang biasanya membutuhkan waktu dan usaha.
Bandura juga menekankan pentingnya nilai-nilai dan standar diri dalam kepribadian. Kita belajar standar diri bagi perilaku kita melalui observasi atau pengamatan. Standar diri orang lain yang menjadi model. Kita juga mempelajari standar diri kita melalui standar yang digunakan orang lain ketika dihargai atau menghukum kita. Ketika kita mengadopsi standar-standar bagi diri kita sendiri dan menggunakannya untuk mengevaluasi perilaku kita sendiri, kita telah mengembangkan yang disebut Bandura dengan regulasi diri. Ketika kita berperilaku dengan cara yang memenuhi standar diri kita, kita memperkuat diri kita sendiri. Umumnya kita tidak benar-benar mengatakan kepada diri kita sendiri, “  semuanya baik -  kamu telah melakukan yang benar. Sebaliknya, kita merasakan kebanggaan diri atau kebahagian ketika kita menemukan standar ( teori Freud: ego ideal) . sebaliknya, kita menghukum diri kita sendiri ( merasa berdosa, kecewa) ketika kita gagal menemukan standar ( seperti teori kesadaran Freud ) . Dengan cara ini , kita menemukan proses regulasi diri sama seperti tujuan super ego Freud. jadi, regulasi diri adalah kemampuan mengontrol perilaku diri sendiri yang merupakan salah satu dari sekian penggerak utama dari perilaku manusia.
Penerapan Social Cognitive Learning dalam Menghadapi Ketakutan pada Ular
·           Latar belakang
Walaupun kebanyakan orang waspada pada ular, ada beberapa orang yang memiliki ketakutan intens pada ular. Bandura dan teman-temannya menemukan bahwa orang-orang yang memiliki ketakutan intens pada ular tidak menyukai kegiatan di luar rumah seperti hiking dan berkebun. Ketakutan subject pada ular dengan objective dapat diukur dengan mencatat berapa banyak dari 29 langkah yang meningkatkan reaksi ketakutan yang di tunjukkan oleh subject.
Contoh :
Langkah 1 yaitu, menyentuh kandang kaca tempat ular tersebut.
 Langkah 29 yaitu,meletakkan ular dipangkuan mereka dan membiarkannya merayap di badan mereka.
·           Treatment
Satu kelompok mengamati seorang model menengani seekor ular cobra ganas sepanjang 4 kaki, setelah mengamati selama 15 menit subject diajak untuk sedikit demi sedikit mendekati ular. Kemudian model mulai memegang ular dan menyuruh subject meniru perbuatannya, selagi model memegang ular subject didorong untuk menyentuh ular dengan sarung tangan.
Kelompok subject lain yang memiliki ketakutan intens pada ular masih merasa takut yang intens karena mereka tidak menerima treatment.
·           Hasil dan kesimpulan
Subject yang mengamati seorang model menangani ular dan kemudian meniru sikap model mencapai rata-rata 27 dari 29 langkah mendekati skala. Subject yang tidak menerima treatment hanya mencapai 10 dari 29 langkah.
Ini menunjukkan bahwa sikap dapat merubah melalui social cognitive learning yang menekankan pengamatan dan peniruan. Bandura percaya bahwa manusia memperoleh informasi tentang ketakutan, aturan-aturan sosial, diskriminasi dan intraksi sosial melalui socoal cognitive learning.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar