MENGAPA KELAS PERLU DIKELOLA SECARA
EFEKTIF?
Manajemen kelas yang efektif akan
memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid. Para pakar dalam bidang manajemen
kelas melaporkan bahwa ada perubahan dalam pemikiran tentang cara terbaik untuk
mengelola kelas. Dalam lingkaran pendidikan, biasanya dikatakan bahwa tidak
seorang pun yang memerhatikan manajemen kelas (classroom) yang baik kecuali
kelas menjadi ruwet. Ketika kelas dikelola secara efektif, kelas akan berjalan
lancar dan murid akan aktif dalam pembelajaran. Begitu juga dengan sebaliknya,
jika kelas dikelola dengan buruk, maka kelas dapat menjadi kacau dan tidak
menarik sebagai tempat belajar.
Isu Manajemen di Kelas Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah
Banyak kesamaan dalam isu manajemen dalam
sekolah dasar dan sekolah menengah. Akan tetapi, ada juga beberapa perbedaan
terutama dalam pengelolaan kelasnya, yakni guru SD sering menghadapi sekitar 20
sampai 25 murid yang sama sehari penuh, sedangkan guru sekolah menengah
menghadapi 100 sampai 150 dalam waktu sekitar 50 menit sehari. Kejemuan dan
berinteraksi dengan orang yang sama sepanjang hari dalam sekolah dasar dapat
menimbulkan masalah. Guru sekolah menengah harus berpindah pelajaran dengan
cepat. Mereka juga mungkin menghadapi lebih banyak masalah dan murid mereka
juga mungkin punya masalah yang lebih parah dan rumit untuk diubah. Problem ini
dapat lebih berat ketimbang problem murid SD. Murid sekolah menengah mungkin menuntut penjelasan yang lebih mendalam
dan logis dari aturan dan disiplin.
Kelas Padat, Kompleks, dan
Berpotensi Kacau.
Walter Doyle (1986) mendeskripsikan 6
karakteristik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya, yaitu:
· Kelas adalah multidimensional.
Kelas adalah setting untuk banyak aktivitas, mulai dari aktivitas akademik
(membaca, menulis,dan lain-lain) sampai aktivitas sosial (bermain,
berinteraksi, dan sebagainya) yang harus diperhatikan guru.
· Aktivitas terjadi secara simultan.
Misalnya satu kelompok murid mungkin mengerjakan tugas menulis, yang lain mendiskusikan
cerita dari guru, dan yang lainnya lagi mungkin akan berbicara tentang apa yang
mereka lakukan setelah kelas dan seterusnya.
· Hal-hal yang terjadi secara cepat.
Misalnya, dua murid berdebat tentang kepemilikan buku, bertengkar, berkelahi,
mengeluh ada yang menyontes tugasnya, dan sebagainya.
· Kejadian yang sering kali tidak
bisa diprediksi. Misalnya tiba-tiba salah satu dari
murid ada yang sakit, komputer kerja rusak, pertemuan mendadak, dan lain
sebagainya.
· Hanya ada sedikit privasi.
Kelas adalah tempat publik dimana murid melihat guru mengatasi masalah, melihat
kejadian tak terduga, dan mengalami frustasi. Bahkan guru itu sendiri, kadang
mengeluh kalau mereka berada di atas bara api atau terus menerus dipeloti oleh
puluhan pasang mata.
· Kelas punya sejarah.
Murid tentu memiliki kenangan tentang apa yang terjadi dikelas pada waktu dulu.
Karena masa lalu mempengaruhi masa depan, maka disini lah seorang guru dituntut
untuk membangun prinsip manejemen kelas yang efektif pada murid terutama di
minggu-minggu pertama sekolah.
Adapun beberapa strategi yang baik untuk
memulai kegiatan belajar mengajar adalah:
· membangun
ekspektasi untuk perilaku dan menghilangkan ketidakpastian.
· memastikan
murid merasakan pengalaman kesuksesan
· selalu
siap dan hadir
· selalu
bersikap tegas
Tujuan dan Strategi Manajemen
Manajemen Kelas yang efektif, mempunyai
2 tujuan:
1. Membantu
murid mengahabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu
aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan.
2. Mencegah
murid mengalami problem akademik dan emosional.
MENDESAIAN LINGKUNGAN FISIK KELAS
Berikut ini ada beberapa prinsip dasar
yang dapat dipakai untuk menata kelas:
· Kurangi
kepadatan di tempat lalu-lalang. Daerahnya antara lain: area belajar kelompok,
bangku murid, meja guru, dan lokasi tempat penyimpanan pensil, rak buku,
komputer dan lokasi lainnya.
· Pastikan
bahwa semua murid terlihat dengan mudah. b
· Materi
pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses.
· Pastikan
murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi di kelas.
Gaya Penataan
Penataan Kelas Standar. Adapun sejumlah
gaya penataan kelas standar, seperti:
a. gaya auditorium,
yaitu gaya susunan kelas dimana semua murid duduk menghadap guru. Penataan ini
membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja.
b. gaya tatap muka (face-to-face),
yaitu gaya susunan kelas diman murid saling menghadap. Gangguan dari murid
lain akan lebih besar pada susunan ini
ketimbang gaya auditorial.
c. gaya off-set,
yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah murid (biasanya tiga atau emapat anak)
duduk di bangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
Gangguan dalam gaya ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap muka dan dapat
efektif untuk kegiatan pembelajaran koorperatif.
d. gaya seminar,
yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih) duduk
disusunan berbentuk lingkaran atau persegi atau bentuk U. Ini efektif ketika
guru menginginkan murid berbicara satu sama lain atau dengan guru itu sendiri.
e. gaya klaster,
yaitu gaya susunan kelas di mana sejumlah murid, (biasanya empat sampai delapan
murid) bekerja dalam kelompok kecil. Ini efektif untuk aktivitas kolaboratif.
Susunan meja yang mengelompok akan mendorong
interaksi sosial diantara murid dan dapat membantu proses belajar koorperatif,
sedangkan susunan yang berbentuk lajur akan mengurangi interaksi sosial antar
murid, mengarahkan perhatian murid kepada guru dan dapat bermanfaat ketika
murid mengerjakan tugas secara sendiri-sendiri.
Di dalam susunan yang berbentuk lajur,
terdapat suatu area yang dinamakan dengan “zona aksi”. Zona aksi adalah urutan kursi di depan dan di tengah susunan lajur.
Murid di kursi ini lebih sering berinteraksi dengan guru, sering mengajukan
pertanyaan dan mengawali diskusi daripada murid yang duduk di pinggir.
Susunan kelas sekolah dasar yang efektif
dapat ditunjukkan seperti gambar berikut ini:
Sedangkan susunan kelas yang efektif
untuk sekolah menengah dapat ditunjukkan seperti gambar berikut ini:
MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG POSITIF
UNTUK PEMBELAJARAN
Murid memerlukan lingkungan yang positif
untuk pembelajaran. Bagaimana menciptakan lingkungan kelas yang positif? Pertama, kita harus menggunakan
manejemen kelas yang otoritatif, bukan gaya otoriter atau permisif. Gaya
otoritatif adalah melakukan pewrcakapan dengan murid, memerhatikan murid dan
membatasi perilaku murid jika diperlukan. Pengajaran yang otoritatif
berhubungan dengan perilaku murid yang kompeten. Hal ini sangat bertolak
belakang dengan gaya otoriter dan permisif. Gaya yang otoriter adalah gaya yang
restriktif dan punitif. Guru yang otoriter sangat mengekang dan mengontrol
murid dan tidak banyak melakukan percakapan dengan murid. Di sini murid akan
cenderung lebih pasif, dan memiliki kemampuan komunikasi yang buruk. Dan gaya yang
permisif, memberikan banyak otonomi kepada murid namun tidak memberi banyak
dukungan untuk mengembangkan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku
mereka.
Kedua,
bedakan antara aturan dan prosedur dan pertimbangkan kemungkinan yang tepat
untuk melibatkan murid dalam diskusi dan pembuatan aturan. Aturan kelas harus:
· masuk
akal dan perlu
· jelas
dan dapat dipahami
· konsisten
dengan tujuan instruksional dan pembelajaran
· kompatibel
dengan aturan sekolah
Ketiga,
agar murid mau bekerja sama maka diperlukan:
· pengembangan
hubungan positif dengan murid
· mengajak
murid berbagi dan mengemban tanggung jawab (melibatkan murid dalam perencanaan
dan implementasi inisiatif sekolah dan kelas, mendorong murid untuk menilai
perilaku mereka sendiri, jangan menerima alasan-alasan, dan bersabar sampai
strategi pemberian tanggung jawab ini bisa bekerja)
· memberi
imbalan pada perilaku yang tepat (memilih penguat yang efektif, menggunakan prompts dan shaping secara efektif dan
menggunakan hadiah yang mengandung informasi penguasaan keahlian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar